Sabtu, 28 Juni 2008
Sebelum Ayah bundamu Berkalang Tanah; Tanah Amanah Sedang Menunggumu Resah
Oleh: Herisuanto Mahfudz
Juara 1 lomba puisi Kelompok Study Mahasiswa Riau Mesir (KSMR)
Selama gugusan awan berarak dan langit masih biru
seperti dua puluh tahun yang lalu ketika engkau pecahkan tagis pertamamu
di pangkuanku
Pergilah puteraku!
restu bunda singkapkan tiraitirai langit
Kata bunda
mendongakkan kepalanya ke langit
Selagi kuntum bunga di jembangan sedang merekah indah
matahari belum lelah bersinar
angin berhembus goyangkan pucukpucuk nyiur
Sekarang, duhai buah hatiku!
Kata bunda
tersenyum menyimpan air matanya
seperti Dang Merdu melepaskan putra perkasanya Hang Tuah
Kembangkan layar
segera naikkan jangkar dan ikuti haluan
seperti panglima Umar
bersama Lancang Kuning berlayar gagah
membuktikan setia cinta Zubaidah
menjadi galangan Lancang Kuning
berlayar tunaikan sumpah datuk laksemana yang difitnah
Karena itu
Biarkan bunda menangis mengubur airmata rindu
menyimpan waktu kanakkanakmu untuk mengenangmu
seperti menunggu ayahmu pulang dengan ikan di penghujung minggu
biarlah biarlah!
jangan risaukan bunda di negeri ini
karna ayahmu masih kuat menarik jaring rawai
lihai menari bersama angin badai
tertawa bersama gelombang
sungguh bunda tak akan cemas
asal engkau tidak mimpi dalam impianmu
di kota menara itu
Janganlah resah
bila bundamu lelah menoreh pohon getah
setelah subuh pergi pulang tengah hari
habis getah disiram hujan tengah hari
ojol mau dibangkit tak menjadi
atau kabar yang tersebar sudah
kampung sebelah banyak perawan hamil di luar nikah
Si salmah dilamar dan menikah
Si Ali jadi bandar judi
adikmu Ani malas mengaji
Pesan bunda;
panjatlah semua menara di kota itu
carilah ilmu mustika sakti itu
bila engkau dapat segera pulang
tak usah menambat tali di negri orang
Ingatlah negerimu negeri minyak
orang bertilam minyak tidur berselimut minyak
banyak orang masih tertidur nyenyak
ada juga yang menjadi “taik minyak”
pulanglah bangunkan mereka dengan ilmu mustika sakti itu
biar mereka tahu bukan hanya Dang Merdu lahirkan seorang Hang Tuah
Aku bundamu lahirkan engkau yang tak bisu
Puteraku
hidup memang berliku butuh asa
menara ilmu mustika itu penuh duri berbisa
juga ada madu membuatmu manja terlena
bersiaga terus jangan menyerah kerna
tanah amanah sedang menunggumu resah
pulanglah Hang Tuahku, Oh...puteraku!
bawa ilmu mustika sakti itu
sebelum ayah bundamu berkalang tanah
Cairo, Sabtu 22 Maret 2008
Pukul 03:45 pagi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar