Rabu, 12 November 2008

Rihlatul Imani 1

Rihlatul Imani

Rihlah ini segera akan kumulai
tak bisa ditunda lagi
penyakit dalam hatiku semakin akut
air mata sudah lama mengering
tangis tak tersisa walau hanya isak
maka aku rindu berlinang air mata
sungguh aku kangen menangis dalam hening

Malam ini aku pandangi rembulan
Menjelang fajar kubasuh wajah dan tangan dengan embunembun
sedikit do'a dan harapan menyeruak dalam sujud
esok pagi
bila perjalanan ini segera kumulai
aku ingin melihat Tuhan
dalam iman
dalam ihsan

Cairo, Senin 14 Juli 2008
Pukul 00.46

Rihlatul imani 2

Rihlatul imani 2

Dan benar permulaan itu sulit
perjalanan ini seperti meniti jalan berduri
untuk berdiam diri mengheningkan diri
jernihkan hati tundukkan nafsu
kupaksa dan terus kujalani setapak setapak
Syaitan selalu memberi semangat untuk berpatah balik

Tuhan aku tak ingin mati dengan hati mati
biar berduri aku ingin berjalan sampai ke ujung rihlah ini
yang sudah patah tak kubiar tetap patah
masih ada waktu untuk kusambung kembali
sebelum jasad ini kembali ke tanah

Cairo, selasa 15 Juli 2008

Rihlatul Imani 3

Rihlatul Imani 3

Sepertinya aku akan lelah
gelombang samudera samar tapi besar dan kuat
aku masih berdiri di pantainya raguragu untuk melangkah
kata temanku
Jauh di tengah sana sungguh dalam
kalau tak keberatan kamu bisa menyelam dalamdalam
melihat dari dekat elok samudera
mungkin akan kau dapati Lu'lu' dam Marjaan
maka kuingin jangan ragu
di pantai yang dangkal ini hanya pasir dan kulit kerang
tak menarik bukan?

Cairo, sabtu 19 Juli 2008
Masjid Assalam Hay Assamin