Rabu, 10 Desember 2008
Orang orang membeli kekuasaan dengan mulut comberan
Ketika welas asih jadi mainan
penderitaan jadi hiburan
Ketika hati dipalsukan
kezhaliman jadi kerajaan
Oh... bagaikan srigala kelaparan
Oh... orangorang membeli kekuasaan
Oh... orangorang obral mulut comberan
Langit bisu hanya menyaksikan keperihan
tangan menengadah dan mulut terbungkam
air mata sudah kering
karena tak sanggup menjerit menahan perit
Oh... bagaikan srigala kelaparan
Oh... orangorang membeli kekuasaan
Oh... orangorang obral mulut comberan
Ketika jasa tak berharga
Ketika harta membeli kehormatan
Maka jiwa perjuangan dipasung
Maka keadilan diperjudikan
Oh... bagaikan srigala kelaparan
Oh... orangorang membeli kekuasaan
Oh... orangorang obral mulurt comberan
Kairo, 28 september 2008
Pukul : 01:08 Am
Perjuangan Tanpa Ruh
Engkau pekikkan suara perjuangan
seperti suara celeret taun
seperti angin lysus
pada setiap telinga ummat ini
tapi engkau tak ingin berkorban harta dan diri
mungkin menambah pekak ummat ini
Perjuangan tanpa pengorbanan
seperti tubuh tanpa ruh
Nusrah Allah tak akan datang
karena kau sayang harta dan diri
Engkau teriak teriak
Ayo berjihad!
Ayo berjihad!
Dirikan khilafah islamiyah!
Tegakkan Syariah islamiyah!
tapi engkau tak persiapkan iman umat
umat akan lari terbirit birit
atau datang padamu bawa arit dan clurit
Engkau berkoar di mimbar mimbar
perlu islam yang baru
buka pintu ijtihad yang dipasung
tapi pondasimu rapuh
bila patah tak mampu tumbuh
mujadid mujtahid seperti apa kau!
hanya jadi racun ummat kau !
Kairo, 8 September 2008
Pantai Ghorm di Matruh
Ombak di pantai ini sangat kasar
selalu ingin kupecahkan ombak itu dengan tanganku
telapak tangan ini terlalu kecil untuk kembalikan ombak ke laut
aku selalu terpental ke belakang
seperti terbang
terdampar bermandi pasir
ditarik ke tengah kemudian dihempas kembali
Kusut otakku seperti hilang
saat aku terbang dihempas ombak
terdampar bermandi pasir
pantai ghorm dangkal yang indah
ombakmu membuat aku lupa pada sesuatu
dan datangkan ingatan yang lain
aku ingat masa kanakkanak
yang tanpa beban
Matruh, 8 juli 2008
Rabu, 12 November 2008
Rihlatul Imani 1
Rihlah ini segera akan kumulai
tak bisa ditunda lagi
penyakit dalam hatiku semakin akut
air mata sudah lama mengering
tangis tak tersisa walau hanya isak
maka aku rindu berlinang air mata
sungguh aku kangen menangis dalam hening
Malam ini aku pandangi rembulan
Menjelang fajar kubasuh wajah dan tangan dengan embunembun
sedikit do'a dan harapan menyeruak dalam sujud
esok pagi
bila perjalanan ini segera kumulai
aku ingin melihat Tuhan
dalam iman
dalam ihsan
Cairo, Senin 14 Juli 2008
Pukul 00.46
Rihlatul imani 2
Dan benar permulaan itu sulit
perjalanan ini seperti meniti jalan berduri
untuk berdiam diri mengheningkan diri
jernihkan hati tundukkan nafsu
kupaksa dan terus kujalani setapak setapak
Syaitan selalu memberi semangat untuk berpatah balik
Tuhan aku tak ingin mati dengan hati mati
biar berduri aku ingin berjalan sampai ke ujung rihlah ini
yang sudah patah tak kubiar tetap patah
masih ada waktu untuk kusambung kembali
sebelum jasad ini kembali ke tanah
Cairo, selasa 15 Juli 2008
Rihlatul Imani 3
Sepertinya aku akan lelah
gelombang samudera samar tapi besar dan kuat
aku masih berdiri di pantainya raguragu untuk melangkah
kata temanku
Jauh di tengah sana sungguh dalam
kalau tak keberatan kamu bisa menyelam dalamdalam
melihat dari dekat elok samudera
mungkin akan kau dapati Lu'lu' dam Marjaan
maka kuingin jangan ragu
di pantai yang dangkal ini hanya pasir dan kulit kerang
tak menarik bukan?
Cairo, sabtu 19 Juli 2008
Masjid Assalam Hay Assamin
Jumat, 17 Oktober 2008
Pemimpi Sejati
Dan pemimpi sejati
ketika bangun membangun impiannya
bangunan yang dibangun dari lautan hatinya
bangunan yang diukir dengan akalnya
berdiri di atas kakinya sendiri
Dan pemimpi sejati
langit yang tinggi
tempat menggantungkan bintangbintangnya
Dan pemimpi sejati
gunung yang kokoh
benteng dan perisai segala impiannya
Dan pemimpi sejati
sungaisungai hutanhutan
imajinasi impiannya
Dan pemimpi sejati
angin dan hujan
nyanyian suasana hatinya
Dan pemimpi sejati
bumi yang terhampar
cermin dirinya
asal muasal manusia
Cairo, 24 Juli 2008
masjid Madinah almunawwarah
Hayu assabe'
Kenangan Yang terbongkar
Gerimis sore ini
membongkar secuil kenangan
pada suatu sore, pada sebuah tahun
gerimis yang sama
yang aku tak ingat lagi
“Aku suka gerimis seperti sekarang ini Kakang!”
Kamu menoleh tersenyum untukku
hanya untukku sajakah senyummu itu?
batinku bimbang
Tapi semenjak kamu meninggalkanku tanpa kata
semua gerimis sore tak punya arti
hanya sore ini
kenangan secuil itu terbongkar
Cairo, 27 agustus 2008 M
24 sya'ban 1429 H
Meracun diri
Dingin...
Lembab...
Gelap...
Tanpa matahari tanpa rembulan
Senyap sunyi sepi
hampa lengang mengerang
kecewa luka lara pilu
resah gelisah galau
cinta benci rindu dendam geram
layu terkulai lumpuh
rapuh lapuk
Lari sendiri
meracun diri
sembunyi hati
tiada angan tiada harapan
tiada hidup tiada nafas
tiada bisu tiada kata
kematian menghampiri
sekarat dalam sunyi
Biar dingin
biar lembab
biar gelap
ingin di sini
beku dalam sunyi
tanpa matahari tanpa rembulan
Cairo, 1 Juli 2008
Sabtu, 28 Juni 2008
Negeri Firaun membuatku angkuh
Oleh : Herisuanto mahfudz
Panas angin gurun menyengat dipanggang matahari
menyala Kairo hujan debu
berkabut asap tebal dari knalpot kendaraan berpacu
merekah bunga rose menggigil tak kuat bermanja lama di musim semi
maka seperti sia sia kupahat cinta dan cita pada bunga rose yang hampir layu
musim semi ini tanpa denting Rababa
tanpa tabuhan Tabla
seketsa kisah sepi masa muda
kulikis di sini dan bermula di sini
Ah!
tari perut yang memuakkan
bau parfum murah menyeruak hayalku
bangkit kembali nafsu kukudakuda kau
lantas kupandangi Nil yang abuabu biru
Andai aku suka pinggul yang ramping meliuk dada yang berisi kujamah nakal
tapi selalu meninggalkan perih di hati birahi yang terkekang
Allah telah menyelamatkan aku pikirku
Hampir jadi Firaun aku di sini kalau tidak Musa dibuai di pangkuannya sendiri
dan mungkin sudah jadi tumbal Nil yang mengalir
Oh!
terima kasih Allahku
engkau telah hantar sahabat utusanMU Amru di peradaban gersang negeri ini
Pyramid yang ajaib tegak menyangga matahari dan bulan
gunung batu yang pernah terkubur oleh gurun
sekejab aku pandangi Abu Haul yang angkuh;
cacat tanpa hidung
dasar firaunfiraun itu mati dalam keangkuhan
kuburan itu dibangun dengan tulang belulang yang pecah hamba abdinya
Huh!
mungkin keringat mereka yang mengalir di gurun pasir menjadi air Nil
mungkin perahu yang ditemukan di sini untuk berlayar di atas keringat mereka
di gurun kering batu ini mungkinkah firaun pakai perahu
keangkuhan itu seketika menjelma jadi aku
pasir,gurun,Pyramid jadi hatiku dan berkarat
firaun itu serupa aku
Abu Haul itu aku
Allahku
ini ambil kembali selendangMU
karna aku demam memakai selendangMU
Cairo, 26 april 2008
pada tanah yang menyimpan bekas kakimu
Oleh : Herisuanto mahfud
Berikan kaki dan tanganmu pada tanah ini
berikan peluhmu yang mengalir untuk lembutkan tanah ini
berikan letihmu sejenak kepada gubuk ini
dan menikmati makan siang
ulam daun Kenikir sambal belacan dan ikan asin
aroma nasi dibungkus daun pisang
menggelitik selera dan cacing perutmu tertawa
Lukislah indah padi ketika menghijau
membentang luas di bawah kaki langit yang biru
dan ketika itu kamu selalu berharap hujan turun
berharap rahmat tuhan yang tercurah
kamu duduk di gubuk dan tersenyum menghitung titik hujan
berdoa semoga angin tak rebahkan batang padi mulai gemuk
Ukirlah pesona di keningmu ketika padi menguning
elok langit sore turut mengeringkan keringatmu
tanganmu sibuk menarik kaleng gemerincing mengusir burungburung
usai padi dituai musim panen
kita berjalan pulang beriringan membawa padi setengah kering
pergi jangan takut untuk pergi
kamu pasti akan kembali
pada tanah yang menyimpan bekas kakimu
Cairo, 6 Mai 2008
Sebelum Ayah bundamu Berkalang Tanah; Tanah Amanah Sedang Menunggumu Resah
Oleh: Herisuanto Mahfudz
Juara 1 lomba puisi Kelompok Study Mahasiswa Riau Mesir (KSMR)
Selama gugusan awan berarak dan langit masih biru
seperti dua puluh tahun yang lalu ketika engkau pecahkan tagis pertamamu
di pangkuanku
Pergilah puteraku!
restu bunda singkapkan tiraitirai langit
Kata bunda
mendongakkan kepalanya ke langit
Selagi kuntum bunga di jembangan sedang merekah indah
matahari belum lelah bersinar
angin berhembus goyangkan pucukpucuk nyiur
Sekarang, duhai buah hatiku!
Kata bunda
tersenyum menyimpan air matanya
seperti Dang Merdu melepaskan putra perkasanya Hang Tuah
Kembangkan layar
segera naikkan jangkar dan ikuti haluan
seperti panglima Umar
bersama Lancang Kuning berlayar gagah
membuktikan setia cinta Zubaidah
menjadi galangan Lancang Kuning
berlayar tunaikan sumpah datuk laksemana yang difitnah
Karena itu
Biarkan bunda menangis mengubur airmata rindu
menyimpan waktu kanakkanakmu untuk mengenangmu
seperti menunggu ayahmu pulang dengan ikan di penghujung minggu
biarlah biarlah!
jangan risaukan bunda di negeri ini
karna ayahmu masih kuat menarik jaring rawai
lihai menari bersama angin badai
tertawa bersama gelombang
sungguh bunda tak akan cemas
asal engkau tidak mimpi dalam impianmu
di kota menara itu
Janganlah resah
bila bundamu lelah menoreh pohon getah
setelah subuh pergi pulang tengah hari
habis getah disiram hujan tengah hari
ojol mau dibangkit tak menjadi
atau kabar yang tersebar sudah
kampung sebelah banyak perawan hamil di luar nikah
Si salmah dilamar dan menikah
Si Ali jadi bandar judi
adikmu Ani malas mengaji
Pesan bunda;
panjatlah semua menara di kota itu
carilah ilmu mustika sakti itu
bila engkau dapat segera pulang
tak usah menambat tali di negri orang
Ingatlah negerimu negeri minyak
orang bertilam minyak tidur berselimut minyak
banyak orang masih tertidur nyenyak
ada juga yang menjadi “taik minyak”
pulanglah bangunkan mereka dengan ilmu mustika sakti itu
biar mereka tahu bukan hanya Dang Merdu lahirkan seorang Hang Tuah
Aku bundamu lahirkan engkau yang tak bisu
Puteraku
hidup memang berliku butuh asa
menara ilmu mustika itu penuh duri berbisa
juga ada madu membuatmu manja terlena
bersiaga terus jangan menyerah kerna
tanah amanah sedang menunggumu resah
pulanglah Hang Tuahku, Oh...puteraku!
bawa ilmu mustika sakti itu
sebelum ayah bundamu berkalang tanah
Cairo, Sabtu 22 Maret 2008
Pukul 03:45 pagi
Senin, 05 Mei 2008
Bukan menyerah !!
Nikmati semuanya apa adanya
karena hidup seperti awan
gelap dan terang
hitam dan putih
Coba bertahan seperti engkau menatap rembulan
Coba berani seperti engkau berjalan di teriknya mentari
Jangan pikirkan bagaimana hidup akan berakhir
semua tercipta untuk berakhir
pikirkan untuk menjalani hidup
rencanakan putih atau hitam
dan tetaplah berjalan menyusuri perjalanan
hingga sampai ke penghujung waktu kehidupan
Menangislah pada apa yang layak untuk kau tangiskan
senyumlah untuk semua nyanyian lagu hidupmu
tanamkanlah benih cinta pada ladangladang kebencian
biar tumbuhkan tamantaman indah
buat engkau tersenyum
buat engkau bersyukur
Kairo, Kamis 3 januari 2008
Kisah Negeri Gelap
(Hidayah yang hilang)
Babi!
Anjing!
Matahari sudah mati!
Bulan pingsan!
Terdengar suara mencarut dalam gelap
Sumpah serapah biasa di negri itu
Di negeri itu
Orang orang meraba raba, gelap
Minyak sudah habis semua pelita sudah padam, gelap
Entah sudah berapa tahun matahari hilang, gelap
Entah berapa lama bulan pingsan, gelap
Di negeri itu
Tak bisa bedakan taman hiburan atau hutan, gelap
Tak bisa bedakan jalan atau jurang, gelap
Tak bisa bedakan rumah atau kuburan, gelap
Kala dan Lipan di bawah tilam merayap mengendap, gelap
Di negeri itu
Suami tak lagi kenal istri tetangga atau istri sendiri, gelap
Isteri tak lagi kenal suami sendiri atau suami tetangga, gelap
Tidak ada lagi ketawa yang ada hanya sumpah serapah
Tidak ada lagi tangis yang ada hanya sumpah serapah
mesra bujuk rayu mirip carut marut-sumpah serapah, gelap
Aku mau pergi ke negeri gelap itu!
Kataku suatu ketika pada isteriku
Jangan nanti kamu tidak bisa kembali!
Katanya padaku manja
Aku membawa pelita ke negeri gelap itu!
Jangan nanti pelita itu padam!
Katanya padaku dengan gaya yang sama
Oh Tuhan!
kasihan negeri itu gelap
kutitipkan anak dan istriku yang manja padamu
Malam ini aku pergi ke negeri itu
membawa pelita untuk mereka
Cairo, jumat 11 Januari 2008, Pukul 00:30 Am
wiridan kemarau
Allah! Allah!
hamba sudah selesai ngaji dan istighfar
lilin hampir padam
bulan tinggal sepotong
sudah dekat fajar
ini do'a hamba wahai Allah
bumi menangis kehausan
karna langit tak lagi menurunkan hujan
engkau tlah lihat api melalap lahab hutan
Singa hilang kerajaannya
rumput pucat kuning mengering
ternak mati di kandang malang
cucu Adam danHawa ketakutan
menyesal dijemput kematian
Allah! Allah!
hujan hamba minta diturunkan
Kairo 19 mei 2007
Maafkan Aku
(Kutemukan cinta di alam Cyber)
Andai aku bisa membeli tangis dan lukamu
karena aku tak bisa lagi untuk setia pada cinta kasihmu
Andai aku bisa membeli mimpimimpimu tentang aku
karna aku tak lagi mampu melukis mimpimimpi untukmu
Andai aku bisa membeli kenanganmu tentang diriku
karena aku tak bisa ukirkan kenangan itu padamu lagi saat ini
Maafkan aku
lewat seketsa bahasamu
lewat seketsa candamu
lewat guratan puisipuisimu
lewat getaran curahan hatimu
Lewat FS kutatap gambarmu
walau belum sempat bertemu
aku telah mengenali bayangmu
Kita tidak akan bertemu lagi
Kita tidak akan menguntai puisi lagi
Kita tidak akan berkirim Email lagi
Kita tidak akan berkirim surat lagi
Maafkan aku
Karena saat ini
Aku telah ditelan bumi
Aku telah sendiri
Aku mati
Aku mati
Cairo, 17 April 2008
Jumat, 04 April 2008
Puisiku: Shaalah Hendak Menikah
Si Sholah pencari sampah
sedang menatap gedung-gedung indah
menjulang tinggi seperti bukit thurisinah
diletakannya karung isi sampah
tanganya mengibas ngibas baju bertanah
Dirogoh kantong bajunya
dikeluarkan rokok putung yang ia ambil ketika memulung
dijepit dengan kedua bibirnya
dinyalakan dan segera dihisap perlahan
kemudian termenung
Sholaah punya Habibah
namanya Monah
suka makan firah1 dengan thahinah2
wajahnya cantik kelihatan pasrah
tapi tak mau dijamah sholah
Sholaah merasa jengah
kalau jumpa Monah
Karna selalu berkata mendesah
“Kapan aku kau nikah?
tapi jangan lupa aku belikan sa'ah”3
Ini yang membuat sholah susah
“Nanti kubeli sa'ah tapi sekarang aku belum punya junaih”4
katanya dalam hati marah
Sholaah masih mencari sampah
kalau sudah letih berdiri mematung
matanya tak lepas menatap gedung-gedung
kapan ya aku punya sa'ah
untuk menikah dengan Monah
Cairo, 28 Maret 2007
Arti kata:
1.Ayam bakar
2.Kuah yang terbuat dari wijen
3.Rumah
4.Mata uang Mesir
Puisiku: Dalam Kuburan Rumah
(Pada Musim Dingin)
Pemuda kurus kering usia dua puluhan
duduk di depan gerbang kuburan
tubuh kurusnya sedikit menggigil menahan dingin
menatap kenderaan yang lewat
sambil menunggu tenggelamnya matahari
mungkin malas tinggal serumah dengan mayat
Pemuda kurus dekil usia dua puluhan
tidur sekamar dengan mayat
kadang masih ada sisa ulat
menempel pada selimut mayat
musim dingin tidur dalam kuburan lebih nikmat
karna selimut tinggal sekerat
tahun 1992 gempa membuat rumahnya kiamat
keluaraga habis lumat yang tersisa hanya mayat
pemerintah negrinya tidak bertindak dengan cepat
bertahun-tahun hidup beratap langit melarat
Pemuda kurus kering usia dua puluhan
tinggal dalam kuburan
tidak sendirian
lima ribuan temannya
Kairo, April 2007
Puisiku: Melamar
Melamar
Wajah tampanku sudah kuperlihatkan
jangan takut!, nggak pakai kemenyan atau bunga setaman
jangan gementaran
tataplah mataku pasti nyaman
Dek,
dalam pertemuan ini
tolong terima pinangan ini
biar nanti kita diijab-kabulkan bapak kadi
Aku tahu engkau perempuan shalehah
hanya mau dijamah setelah menikah
Aku jantan dan gagah
Sangat suka nonton film lucah
Dek,
jangan resah
kalau kita cepat menikah
aku tidak akan salah melangkah
Katanya setan akan marah
kalau ada orang menikah
dia akan lari menyumpah-serapah
sampai tulangnya patah-patah
Dek,
engkau perempuan beriman
menjaga kesucian dan kehormatan
tidak suka pacaran
tak mempan gombalan
Aku suka ngobral kejantanan
Pada perempuan dan pelacuran
Kata nabi tidak berzina orang beriman
Wahai…, aku ingin sepertimu beriman
biar aku tidak lagi pergi ke pelacuran
dek,
tolong diterima ya… !
pinangan ini
aku pingin jadi suami
jangan ditolak ya...!
aku banyak mengoleksi pelet
Kairo,14 april 2007
Puisiku: Jangan Buat Aku Mabuk
Duniaku jangan buat aku mabuk
cukuplah engkau buat hiruk pikuk
tapi biarlah di sini tetap kupeluk
aku janji akan buat kamu takluk
agar tuhanku tak lagi mengutuk
Aku tak memujamu
aku pemuja tuhanku
berlututlah aku khalifahmu
lari pun kau tak akan kukejar
Tuhanku!
ini duniaku
kupersembahkan untuk akheratku
Kairo, Jum'at 2 Nov 2007 : 16.17
Puisiku: Kasur tanah tempat tidurku
Jerit keras menyayat
minta tambah amal kerna sudah jadi mayat
cacing tanah pun memamah dengan lahap
mungkin juga berdoa minta tambah
dalam gelapnya malam dan tanah
Kasur tanah; Oh… menyedihkan!
air mata darah dan nanah
banyak tumpah di sana
Wahai…!, di mana keluarga?
mungkin menangis beberapa masa dan lupa
nama dan kemashuran hanya jadi sejarah dan omongan
harta yang dikumpulkan telah diwariskan
Kau tahu
istrimu jadi pengantin baru
anak-anakmu punya bapak baru
Semua tinggal kenangan
menyakitkan bukan?
menangislah kau! sepuasmu...
Kairo 1 mei 2007
Jumat, 07 Maret 2008
Puisiku: Surat Bertinta Merah
Kau ingat waktu aku memberikan surat padamu
surat bertinta merah dalam amplop merah jambu
saat itu kau menangis meragukan ksetiaanku
aku hanya diam tak kupujuk kau
karna aku masih merah dan lugu
Surat bertinta merah
kuberikan padamu bersama bunga ros merah
bunga kesukaanmu
katamu juga ibumu suka
bila ibumu merajuk;
ayahmu membujuk pakai bunga ros merah
Surat bertinta merah
rangkain kata berpuisikan cinta
puisi cinta yang kupahat dalam karyaku
surat yang kutulis dengan darahku
karna cintaku senantiasa mengalir dalam darah
sampai darahku berhenti
dan membeku dalam darah ketika aku mati
Kairo. 1 september 2007
jam 05.35 sore
Puisiku: Gadis Desa
Gadisku
Senyummu padi menguning
Matamu padang rumput menghijau
Nafasmu angin semilir di lereng bukit
Air matamu hujan yang ditunggu pak tani
Keringat yang mengalir di keningmu seharum beras ladang
Lumpur yang membalutmu mengajarimu tegar dan ikhlas
Kulitmu kecoklatan seharian di ladang
Senyummu sumringah mengejar belalang
Ketawamu renyah mengusir burung pipit
Gadisku
Rinduku padamu seperti rindu burung pipit pada padi
Membuat aku ingin meninggalkan kota nostalgia ini
Dan aku takut bila bertemu denganmu hanya membisu
Atau aku tidak mendapatimu
Cairo, 05 Maret 2008, 00:30 Am
Puisiku: Melamar
Wajah tampanku sudah kuperlihatkan
jangan takut!, nggak pakai kemenyan atau bunga setaman
jangan gementaran
tataplah mataku pasti nyaman
Dik…!
dalam pertemuan ini
tolong terima pinangan ini
biar nanti kita diijab-kabulkan bapak kadi
Aku tahu engkau perempuan shalehah
hanya mau dijamah setelah menikah
Aku jantan dan gagah
Sangat suka nonton film lucah
Dik... jangan resah
kalau kita cepat menikah
aku tidak akan salah melangkah
Katanya setan akan marah
kalau ada orang menikah
dia akan lari menyumpah-serapah
sampai tulangnya patah-patah
Dik..., engkau perempuan beriman
menjaga kesucian dan kehormatan
tidak suka pacaran
tak mempan gombalan
Aku suka ngobral kejantanan
Pada perempuan dan pelacuran
Kata nabi tidak berzina orang beriman
Wahai…, aku ingin sepertimu beriman
biar aku tidak lagi pergi ke pelacuran
Tolong dik,
diterima ya… pinangan ini
aku pingin jadi suami
jangan ditolak ya...
aku banyak mengoleksi pelet
Kairo,14 april 2007
Puisiku: Lelaki Bajingan
(kumbang penghisap bunga)
Laki-laki bajingan
Lagi-lagi menari di atas ranjang
Seperti kesurupan
Pesta perawan
Laki-laki bajingan
Mendengus panjang
Mendengar rintihan perawan
Setelah mengejang-ngejang
"Dasar perempuan!"
"Engkau kubuang!"
Laki-laki bajingan
Berjalan dengan dada bidang
Sambil melirik kiri dan kanan
Mata keranjangnya siap menelanjangi perempuan
Oh…! Aku mencium bau perawan
Nafsunya naik menggelinjang-nggelinjang
Dasar bajingan
Tak sadar ibumu perempuan
Terkutuk kau seperti setan
Menyampah aku nak mengaku jantan
Kairo, 23 maret 2007
Puisiku: Janji
Gadis manis
sedang duduk mengurai air mata
di depan jendela
sering kutatap setiap senja
ketika aku pergi ke mushalla
mata sayunya menatap langit
seperti menyulam rindu
mungkin menghitung waktu
bila mentari telah temaram
kutemukan dia
menangis di taman bunga depan rumahnya
duduk di batas kolam memandang teratai
mungkin di sini ia pernah mengikat janji
pada pria yang dinanti
Kairo 18 mei 2007
Puisiku: Aku Jatuh Cinta
Merajut mimpi
menuai angan dalam hati
kalaupun terbang bukan ke langit
tersentuh di hati seakan menggigit
kuukir dalam jiwa
mustika anugrah bernama cinta
karna jiwa bagai gurun kering tandus
rumput beracun pun tak akan tumbuh
hati hitam telah putih seperti kapas
rindu dendam di dada membuncah
pesona dikau menembus laksana panah
beberapa kata kupahat
janji bersama hingga ke liang lahat
aku mencoba tidak berkhianat
Kairo, 20 juni 2007
Sabtu, 09 Februari 2008
Puisi:Rindu
Aku lihat ada bayangmu
Pada angin yang memantul dari kaca jendela
Ketika malam ini mulai berkabut
dan nyanyian jankrik larut dalam kesunyian
Aku dengar ada suaramu
Pada kicauan burung-burung pagi
Menyambut mentari
Pada langit biru
Bertebaran wajah manjamu
Dan selalu mengejekku
"Mas…! kapan kau datang?"
Maret 2003
Puisi:Waktu yang Sama
Kadang aku rindu hari yang lalu
Ketika jiwa dalam hayalan
Indahnya cinta pada umur belasan
Sering ada getar rindu yang mengusik
Bersama melodi suara camar
Pada senja lima belas tahun yang lalu
Dan senja ini Aku dan istriku
Adalah senja yang sama
Antara Aku dan Dia
Di pantai pasir ini
Suara ombak gemuruh menelan suara camar
Seperti ia menelan hari-hari kenangan itu
Februari 2003
Puisi:Ketika Berpisah
Malam ini air mata adalah
Tangisan dan rintih ratap
Goresan luka yang harus nikmati pedihnya
Seirama hujan mengguyur jantung malam kelam
Sebenarnya Aku ingin membuatmu tersenyum
Seperti rembulan di atas telaga
Aku takut melukis senyummu
Karna kutahu, Kau dan Aku akan mecicipi kesunyian dengan kerinduan hampa
Barangkali, genggaman tangan ini lebih berarti
Dari pada kata-kata terakhir sebelum kita berpisah dan…
Isak tangismu lebih Aku sukai dari pada senyum yang kau paksakan
Mungkin ini cukup sebagai bekal di waktu waktu
Masa depan
Sebenarnya Aku takut akan sebuah kesunyian
Dan aku belum yakin kau sanggup menelanya
Karma hatimu hatiku terlalu rapauh untuk bertahan
Perpisahan menorehkan kesunyian
Pesantren, Juni 2002
Berpisah 2
Dan perpisahan adalah sunyi yang bergetaran dalam keperitan hidup
Di antara hari-hari tawa dan tangis yang purba
Hari ini sebuah benci telah kita bangun dalam tawa yang dipaksa
Sebutir kasih kita ciptakan air mata
Ini bukan perpisahan
Ini generator waktu yang akan mempertemuan kita pada cita dan cinta
Andai saja aku dan kamu setia
Tapi pertemuan itu meragukan dan entah kapan
Juni 2003
Jumat, 08 Februari 2008
Puisi:Aku Kembali
Di sini Aku tunduk menekur
Ketika awan berselimut kuning
Di atas kota, di sudut barat
Harum kemboja membawaku bersimpuh
Pada gundukan tanah basah
Dan kuciumi sisa-sisa bunga layu
Untuk sebuah jasad pagi tadi
Aku tancapkan nisan dan untaian do'a
Pada pusara ini
Sebagai saksi Aku pernah kembali
Mengunjungi kotamu
pesantren, 99
Puisi:Valentine's Day
Akan kulukis indah warna-warna pelangi itu
Yang kau pasti terpesona
Akan kubisik mesra
Pada kedamaian ini
Rangkaian kata-kata
Untukmu aku suka kamu
14 pebruari
Ketika mentari telah temaram
Dan warna senja tlah berubah
Kuukir sebuah prasasti
Kisah kasih teramat manis
Kita berdua
Februari 2002
Puisi:Kata Untuk Keangkuhanmu
Pada bayang-bayang memori dan fantasi
Terkubur dalam mimpi-mimpi sunyi
Dalam sejuta harapan dan hasrat
Tak berdaya aku mengejarmu
Kau menjauh dari kasih yang telah kusemai
Sebenarnya alunan nada dan irama hatimu
Telah kudapat dalam angkuhmu
Tapi embun cinta yang bergayut di hati
Tak mampu meruntuhkan keangkuhanmu
Pesantren, Nopember 2001
Sabtu, 26 Januari 2008
Puisiku: Tidak Memiliki
Tidak Memiliki
Karena milkmu bukanlah milikmu
Dan bukan aku memiliki milikku
Hanya kita merasa memiliki
Sungguh berbahagia mereka yang tidak merasa memiliki
Jurang kehilangan menggangga
Bagi mereka yang merasa punya
Luput darinya alamat duka cita
Bahagia bila memilikinya
Karena milikmu adalah milikNya
Dan milikku bukan aku yang punya
Bahagia…!
Bahagia…!
Cairo,25 Nopember 2006
Puisiku: Hanya kamu Yang Ada
Menyapa cinta-Mu
Lewat untaian zikir purba
Mengembara menembusi dimensi masa
Memenuhi cakrawala
Menggetarkan bintang-bintang angkasa
Menyapa rindu-Mu
Lewat tangisku
Tak pernah kering air mataku
Allahku! Allahku!
Aku menyeru-Mu
"Penuhi ini jiwa dengan cinta"
"Ooh… aku kehilangan kata"
"Musnah segala ada"
Semua tiada, hanya engkau yang ada!
Semua tanpa rasa, hanya Kamu dapat dirasa!
Semua tiada cinta, hanya Kamu dapat dicinta!
Cairo nopember 2004
Puisi: mantera Do'a Cinta
Aku memuja sang pemilik cinta
Aku memuja sang pemilik hati
Aku memuja sang pemilik rindu
Aku yang dicipta sempurna
Aku yang dicipta sejati
Aku yang dipuja rindu
Ada cinta yang kau cipta bernama
Inilah dia wanita terpahat dalam dada-jiwa
Dia selalu menggeletar kurindu
Dan aku berteriak cinta pada jagad raya
Agar Ia mendengarku
Dan aku memanggil cinta pada samudra
Agar Ia menyapaku
Duhai penguasa cintanya
Duhai penguasa hatinya
Duhai penguasa rindunya
Satukan cintanya denganku yang kau cipta sempurna
Satukan hatinya denganku yang kau cipta sejati
Satukan rindunya denganku yang dipuja rindu
Sejatimu akan mengerti, Aku merindumu
Cairo. Nopember 2006
Puisi: Malam Sepi
Sepi kosong melengang
Jiwa dihimpit kenangan
mengejar bayangan
Oh… entah sampai kapan
Bulan dan bintang temani aku
Bernyanyi kenangan dan harapan
Tentang kabut rindu yang kupahat
Pada hati sepi
Tapi untuk siapa
Cairo 2006
Puisiku: Menanti Jodoh
Lelah-letih menantimu sayang…
Dari siang sampai anjing menggongong
Siang malam kosong
Sepi melengang
Menatap kosong
Bangun pagi sebelum burung bernyanyi
Tafsir mimpi jadi sarapan pagi
Mimpi malam tadi kuartikan penuh arti
Aku menanti
Seperti berenang di lautan tak bertepi
Dalam taman
sendirian
Berteman rembulan dan bayangan
Menanti pertemuan, meragukan…
Kesepian
Entah sampai kapan
Cairo Agustus 2006
Menanti Jodoh 2
Andai kutahu kapan kau datang
Akan kujemput engkau dengan layang-layang
Dan kita akan menungganginya di antara awan dan pelangi
Menyapa burung-burung, menari bersama angin, mengejar cahaya mentari senja
Cairo 2006
Puisiku: Rindu yang dinyanyikan
Ada kerinduan yang kau nyanyikan
Lewat getaran dan mesra yang lugu
Dari bias cahaya wajahmu
Lasana purnama menatapku
Gugup
Ada yang kau sembunyikan
Di balik wajah itu kelembutan
Dan sebuah kekuatan melindungi dari syahwat setan
Telah kucuci hati ini tapi
Cahaya itu membuat Aku aku mampu
Untuk hanya menatap
Untuk sekedar menikmati
Wahai kapan kita adakan pertemuan
Pada jamuan kerinduan
Kerinduanku
Memahat kabut pertemuan kita masa lalu
Jangkang,2003
Waktu MTQ Tk kecamatan bantan Kabupaten Bengkalis
Puisiku: Do'aku Dalam Sepi
Tuhan
Andai rembulan itu sang dewi tersenyum
Seperti pernah kudengar dalam dongeng
Jelmakan Ia sebagai pujaan
Walau mungkin hanya bayangan atau angan
Turunkan biar kugandeng
Atau engkau beri aku sayap seperti burung
Aku akan terbang ke awan
Agar dapat kukecup bibirnya yang ranum
Tuhan
Andai awan adalah tempat para dewata
Seperti pernah kudengar dalam cerita
Aku ingin tinggal di sana
Sebagai dewa cinta
Membawa busur cinta
Akan kupanah setiap hati wanita
Biar mabuk asmara
Tuhan
Andai bayangan adalah kawan
Ia selalu ikut badan dan berteman
Aku ingin Ia jadi pengusir kesepian
Cairo, 23 maret 2007
Puisiku: Kisah Ketika Duduk Di Kursi
Kisah Ketika Duduk Di Kursi
Kertas ini kutulisi
Ketika duduk di kursi sendiri
Aku bernyanyi kidung sepi
Pada hati menanti tak pasti
Dalam mimpi
Mencarimu sampai ketemu
Dari kota Kairo sampai kota Dumai
Pakai kapal very tapi tak sampai-sampai
pernah kudengar kabar
kamu di AKPER belajar
ingin kukejar
tapi aku di Mesir terdampar
Ada orang menyebutmu
Kau bintang di kelasmu
Aku jadi cemburu andai kau
Orang lain merinduimu
Gambarmu masih kusimpan sampai sekarang
Kenangan yang tidak usang
Waktu itu di pantai Jangkang
Duduk di batang tepi kapal Tongkang
Apakah sudah sampai kepadamu
Tentang kerinduan yang kusimpan ini
Dan kabar hatiku yang kesepian
Hati yang pernah kau rajut harapan dan impian
Andai rindu ini seperti rinduku pada bunga
Bila musim semi tiba pasti akan jumpa
Sayang rindu ini seperti
Di musim dingin mengharapkan hangat matahari
Akhir musim dingin, Cairo februari 2007